1.4.a.10.2 AKSI
NYATA - BUDAYA POSITIF
CGP ANGKATAN 3
LUSI PRIYANTI
Pendidikan
adalah suatu proses memanusiakan manusia. Pendidikan tidak hanya diartikan
kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke murid. Namun pendidikan
memiliki arti yang sangat luas. Perlu digaris bawahi kata memanusiakan manusia, artinya pendidikan harus mampu membentuk
manusia yang cakap ilmu pengetahuan, cakap keterampilan dan cakap sikap.
Menurut Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih
kebudayaan”. Filosofi ini harus benar-benar dimaknai oleh seluruh komponen yang
terlibat dalam pendidikan. Kebudayaan seperti apa yang ingin kita tanamkan? Bagaimana
menanamkan kebudayaan tersebut ? Apa harapan dari tertanamnya berkebudayaan
tersebut ?
Gambar
di atas menunjukkan bahwa budaya positif semestinya terbentuk karena adanya
suatu motivasi perilaku. Motivasi muncul karena adanya dorongan pemenuhan kebutuhan. Setiap orang
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam sebuah komunitas (kelas), seluruh
kebutuhan mereka harus terpenuhi tanpa ada kecuali. Oleh sebab itu, perlu ada
suatu keyakinan komunitas yang berbentuk suatu kesepakatan komunitas (kelas)
agar seluruh kebutuhan tersebut terjamin. Dalam suatu aturan kesepakan tentu
akan terjadi suatu pelanggaran sebagai tindakan inkonsisten terhadap aturan. Tindakan
inkonsisten terhadap kesepakatan tentu memiliki suatu alasan. Mungkin tindakan
itu muncul karena ada ketidak-sesuaian terhadap pemenuhan hak atau kebutuhannya
baik di sekolah maupun di rumah. Oleh sebab itu, kita jangan mengambil hak /
kebutuhan dasar lainnya dengan memberikan hukuman terhadap pelanggaran
kesepakatan. Hukuman justru akan menambah permasalahan baru. Sebagai guru kita
harus mampu meluruskan tindakan inkonsisten tersebut dengan menguatkan
keyakinan komunitas (kesepakatan kelas) dengan restitusi. Restitusi
mengingatkan bahwa setiap tindakan ada alasan dan setiap tindakan juga tentu harus
dapat dipertanggung jawabkan baik kepada diri sendiri maupun kepada komunitas
kelas.
Untuk
lebih memahami tentang aksi nyata budaya positif, berikut ilustrasi penerapan
budaya positif di lingkungan sekolah:
Ekplorasi
kebutuhan anak dengan pertanyaan
1.
Menanyakan
perasaan siswa tentang kelas
Anak-anak, apakah kalian merasa nyaman dengan kelas
kalian?
(Jawaban anak
mungkin ada yang memiliki pandangan yang berbeda)
Apakah kalian merasa senang berada di dalam kelas?
(Jawaban anak
mungkin ada yang memiliki pandangan yang berbeda)
2.
Menanyakan
kelas yang diimpikan
Kelas seperti apakah yang kalian inginkan? (Jawaban boleh
tertulis)
(Jawaban anak
akan beragam)
Jika siswa
merasa kebingungan dalam menjawab, kita dapat memberikan opsi yang dapat
mengarahkan pada jawabannya. Misalnya tanggapan dari sisi kebersihan, keamanan,
dll.
Membentuk
Kesepakatan Kelas
1.
Mengelompokan
harapan siswa
Harapan kalian ternyata cukup beragam. Mari kita
susun harapan kalian.
(Mengelompokkan
harapan siswa yang memiliki kesamaan/ kemiripan)
2.
Membuat
kesepatakan Kelas
Anak-anak,
sekarang kita sudah mendapat harapan-harapan tentang kelas yang kalian impikan.
Agar kelas impian ini menjadi kenyataan, mari kita buat suatu kesepakatan
kelas. Kesepatakan ini sebagai beban tanggung jawab kalian terhadap diri kalian
sendiri maupun kepada teman-teman kalian agar kelas impian terwujud.
Mari kita susun
kesepatan kelas. Kira-kira menurut kalian apa konsekuensi jika ada yang
melanggar kesepatan kelas? (biarkan siswa sendiri yang menentukan konsekuensi
terhadap pelanggarannya)
Nah, sekarang
kita sudah mendapatkan kesepatan kelas. Selanjutnya
kita tanda tangan oleh seluruh siswa sebagai bukti kesiapan dalam menjalan
kesepatan ini (seluruh siswa menandatangani kesepatakan kelas)
3.
Membuat
Poster kesepatakan kelas yang ditempel di dinding.
Respon siswa
terhadap kesepakatan kelas
-
Ada
komitmen dari seluruh siswa untuk berusaha menepati kesepakatan kelas
-
Setiap
tindakan, mereka berusaha mempertanggungjawabkannya
-
Ada
sebagian siswa yang masih melanggar kesepakatan kelas
-
Tampak
perubahan budaya positif yang terbentuk dalam keseharian siswa
Hambatan
-
Keragaman
karakter siswa menyebabkan terdapat perbedaan pandangan terhadap kesepakatan
kelas
-
Tindakan
inkonsiten yang dibiarkan menyebabkan tindakan inkonsisten lainnya dari siswa
lain
Tantangan
-
Perlu
ada sebuah komitmen bersama untuk mewujudkan kelas impian
-
Pembentukan
budaya positif membutuhkan waktu yang lama
-
Guru
sebagai manajer, harus menjadi kontrol yang baik dengan tindakan yang tepat
Berikut
poster hasil dari kesepakatan kelas yang diperoleh dari aksi nyata saya:
Gambar 2. Contoh Kesepakatan Kelas
Terima kasih telah membaca artikel ini. Semoga dapat bermanfaat
BalasHapusSipp bu guyu
BalasHapusTetap semangat....maju terus...!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusHatur nuhun pa haji, kanggo dukungan ti pa haji
HapusSangat bermanfaat, semangat Bu!
BalasHapusLuar biasa keren
BalasHapusHatur nuhun bu
HapusHatur nuhun bu
BalasHapus